DENDAM KESUMAT
DENDAM KESUMAT
“Mur, antarkan aku ke rumah Mbah Kreo. Nanti aku kasih
bonus tapi jangan sampai ada orang tahu, ya!” kata Tamen sambil menyodorkan
uang lima puluh ribuan pada Murni.
Murni menerima bonus itu dengan senyum lebar.
“Siap, Yu! Tenang saja
rahasiamu aman sama aku,” Murni meyakinkan Tamen.
Murni memang sahabatnya
yang paling setia. Selalu bisa menjaga rahasianya
***
"Siapa nama kamu,
Nduk?” tanya Mbah Kreo.
“Tamen, Mbah,” jawab
Tamen sedikit ngeri dengan penampilan Mbah Kreo.
“Wetonmu?” Tanyanya lagi.
“Minggu Wage, Mbah,” berkata
Tamen sambil menahan rasa takutnya. Dia merasakan bulu kuduknya meremang.
Mbah Kreo
mengangguk-angguk seraya mengusap-usap jenggotnya yang panjang dan putih.
Matanya menatap tajam pada Tamen. Dilihatnya dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
“Kamu sudah tahu
syaratnya, kan? Syaratnya gak boleh ditolak ataupun dilanggar. Kalau melanggar
kamu sendiri yang menanggung akibatnya. Ingat itu!” kata Mbah Kreo tegas.
“I---iya Mbah. Saya tahu
dan berjanji mematuhi semua syaratnya,” Tamen berkata sambil gemetar.
“Baiklah, tiga hari lagi
kamu datang. Aku akan persiapkan semuanya. Ingat, selama tiga hari ke depan,
kamu harus puasa mutih. Paham?” mbah Kreo berkata tegas dan tajam.
Tamen mengangguk, tak berani
membuka mulutnya.
Tiga hari lagi, Tamen
sudah tak sabar untuk memberi pelajaran pada Kang Bawon dan selingkuhannya.
‘Lihat saja Kang, pembalasanku!”
kata Tamen penuh dendam.
***
Tiga hari berlalu, Tamen
sukses menjalani syarat pertamanya. Hari ini sesuai kesepakatan antara Dia dan
Mbah Kreo, akan diadakan ritual khusus untuk hajat Tamen.
“Sudah siap?” tanya Mbah
Kreo.
“Su---su sudah Mbah,” Tak
urung tubuh Tamen gemetar melihat penampilan Mbah Kreo yang memakai pakaian
serba hitam dengan jubah panjang menyentuh tanah. Ikat kepala berwarna emas dan
merah darah bertuliskan huruf yang tak dipahami oleh Tamen, di tengahnya
menempel tengkorak manusia ukuran sangat kecil.
“Sekarang kamu ikut aku.
Ingat apa pun yang terjadi, jangan berbalik arah atau menjawab panggilan siapa pun.
Kalau melanggar, nyawamu taruhannya!” Mbah Kreo menegaskan sekali lagi pada
Tamen.
Tamen mengangguk, nyalinya
mulai ciut. Dia ingin mundur tapi ingatan pada suami yang selingkuh membuat
dendamnya membara lagi.
***
Mbah Kreo berjalan di
depan sedang Tamen mengikutinya dengan sedikit kesulitan karena kain yang
melilit tubuhnya terlalu ketat. Dia tak habis pikir kenapa harus berpakaian
tradisional begini. Pakaiannya membuat dia sulit bergerak cepat.
Mereka memasuki kawasan
hutan yang gelap. Pohonnya yang besar dan rimbun daunnya membuat sinar matahari
tak bisa menembus dengan bebas. Sepanjang perjalanan melewati jalan setapak Tamen
hanya menunduk. Suara-suara aneh mulai terdengar. Dari sekedar jeritan kecil,
hingga suara kesakitan yang amat sangat. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya.
Tamen berusaha tak peduli tapi
panggilan itu semakin keras.
Tamen mendongakkan kepalanya, ketika Mbah Kreo
berhenti di depan pohon raksasa. Tiba-tiba pohon raksasa itu berubah menjadi pintu
gerbang yang megah dan besar. Kilauannya membuat silau mata Tamen. Gerbang itu
terbuat dari emas dengan taburan permata dan berlian yang sangat indah.
Tamen terbelalak
memandangnya. Gerbang itu terbuka. Ada beberapa orang berpakaian prajurit
kerajaan jaman dulu. Mbah Kreo melangkah masuk dengan gagahnya. Tamen mengekor
dari belakang sambil matanya menatap takjub dengan pemandangan yang terpampang
di depannya.
Sebuah taman yang
dipenuhi beraneka jenis bunga dan warna yang indah. Jalan yang lebar dan
bertabur batu bak kaca berwarna-warni. Tamen sedikit ragu untuk menginjaknya
tapi ketika melihat Mbah Kreo dengan santai berjalan di atasnya, keraguan itu
hilang. Tamen merasakan sensasi sejuk ketika telapak kakinya menginjak
batu-batu yang indah itu.
Diujung jalan itu, Tamen
melihat sebuah istana yang megah berdiri penuh kemewahan. Kilauan emas dan
taburan permata berwarna-warni membuat Tamen harus memicingkan matanya karena
silau. Mereka di sambut dayang-dayang berparas cantik dengan tubuh yang putih mulus,
berpakaian tradisional khas perempuan Jawa. Tamen membandingkan dengan kain
yang melekat di tubuhnya dengan kain yang dipakai dayang-dayang itu. Sungguh
sangat jauh terlihat kualitasnya.
Mbah Kreo memasuki istana
megah itu. Tamen menunggu di ruang besar mirip pendopo. Beberapa saat kemudian,
dinding di depan Tamen terbuka perlahan. Kini nampak ruangan sangat besar,
dengan lampu gantung di setiap sudut dan di tengah ruangan. Di ujung ruangan
duduk seorang perempuan cantik jelita di singgasana yang sangat mewah dan
indah. Di kepalanya ada sebuah mahkota bertahtakan permata. Mbah Kreo memberi
isyarat pada Tamen agar mendekat.
“Sungkem sama Sang Ratu,”
Mbah Kreo berbisik di telinga Tamen.
Tamen membungkukkan
badannya untuk sungkem pada Sang Ratu. Semakin dekat Tamen merasakan ada yang
aneh dari Sang Ratu. Tamen tidak melihat kakinya.
Tiba-tiba tubuh sang Ratu
bergerak ke arahnya. Seketika Tamen baru menyadarinya, tubuh Sang Ratu ternyata
separuhnya adalah ular raksasa. Hampir pingsan Tamen karena ketakutan. Tubuhnya
limbung hampir jatuh. Untung ada seorang dayang yang membantunya berdiri.
“Kamu takut melihatku?”
tanya Sang Ratu.
Tamen tak menjawab.
Bibirnya kelu, lidahnya kaku. Tak ada keberanian sedikit pun untuk membuka
mulutnya.
Tubuh Sang Ratu
meliuk-liuk dengan ringannya. Tawanya membahana di seluruh ruangan. Kemudian
dia berhenti tepat di atas kepala Tamen. Menatapnya tajam. Wajah cantik itu
tiba-tiba berubah mengerikan. Taring yang tajam keluar dari sudut bibirnya. Tangannya
memegang wajah Tamen, matanya merah melotot, dan gigi-giginya yang runcing
tampak jelas ketika dia mendesis sambil mengeluarkan lidah ularnya.
Wajah Tamen memucat bagai
tak dialiri darah. Dia sudah tidak tahan lagi. Rasa takutnya mengalahkan
dendamnya pada Kang Bawon. Dendam kesumat yang dia pendam berbulan-bulan karena perselingkuhan
suaminya, raib karena rasa takutnya yang amat sangat.
Tiba-tiba Tamen berbalik
dan berlari sekencang-kencangnya. Kain yang melilit di tubuhnya, diangkat
sampai lutut. Mbah Kreo hanya memandang dan tak mencoba mencegah Tamen. Dia
hanya menghembuskan napas seraya menggelengkan kepalanya.
“Ha ha ha ...,” Sang ratu
tertawa melihat Tamen berlari keluar istananya.
Tawa Sang Ratu membahana
sampai ke luar istana. Tamen sudah tak mau tahu. Yang dia tahu hanya lari
menjauh dari makhluk mengerikan itu. Tamen berlari melewati gerbang, menerobos
hutan yang gelap. Dia tak peduli kakinya yang terasa panas dan sakit. Hingga
terdengar suara yang memanggil namanya.
***
“Meeennnnn, Tamennnnnnnnn,
sudah siang bangun. Pantesan saja lakimu selingkuh, males banget sich, kamu!”
teriak Mak Tamen seraya menggedor pintu kamarnya.
Tamen terbangun dengan
peluh bercucuran. Napasnya masih tersengal-sengal, dia bergidik teringat
mimpinya yang mengerikan. Mimpi itu begitu jelas dan nyata. Dia merasakan
telapak kakinya sakit. Wajah Tamen langsung pucat ketika melihat banyak pecahan
kaca berwarna-warni menancap di kakinya.
Ceritanya ngeri ngeri syedaap...Sukaa twist nya.. Tameen tameen pantes suamimu selingkuh, lha bangunmu kesiangan terusss hihi
BalasHapusHo oh...kesel suaminya... Molor terus kerjaannya..ππ
BalasHapusBagus mak ceritanya. Kadang mimpi memang seperti kejadian nyata. Semoga aku nggak ngalamin mimpi kaya Tamen hehe
BalasHapusJangan mak ngeri...
HapusWkk wkk wkk, Selalu kereeeen deh ceritamu mak weeWee
BalasHapusMak Dora thankyu dah mampir... By the way...weedee mak...bkn weewee...hhhhh
HapusMaapin cintaku mak Weedee, salah ketik, salahkan mata yang mulai lemah gemulai.
HapusBegadang aja sich dikau mak...sama ky aku...
HapusCerita berhasil bikin saya deg deg plus waktu membacanya,��
BalasHapusPlus nya jangan sampai tegang ya mak... Bahaya...hihihi
HapusGa kuaaaaat. Syerem banget mbak. Ada ularnya pula
BalasHapusIya mak...ularnya pengen tampil juga....hihuhi
HapusKeren keren nih ceritanyaππ
BalasHapusKerenan mak yuliani...
Hapusceritanya menarik mba, awalnya agak serem baca judulnya hehe.
BalasHapusIya, karena dibatasi jmlh kata, banyak yg dipotong...
BalasHapusOalah ternyata mimpi mbak.. awalnya serem.banget hhe.. ikut deg2an apalagi pas bagian ketemu ratu
BalasHapusMIMPI yang jadi nyata...
HapusKeren Mbak ceritanya, deg-degan tapi pengen baca.
BalasHapusDeg degan tandanya jatuh cinta mak...eaaa... Jatuh cinta sama tulisanku ya mak...
HapusMak... ngeriii...lebih ngeri lagi pas endingnya ada beling warna warni menancap di kaki... keren deh ..bikin cerpen segini kalo saya butuh sebulan kali..hihi belum bisa
BalasHapusItu bikin ngejar DL Mak...acak kadut...hihihi
HapusHuwaa... bagus ceritanya. Serem-serem lucu tapi tetep bawa pesan yang oke. Keren mak wee dee.. π
BalasHapushahahha, awalnya bacanya serius, eh taunya cuma mimpi. makanya jangan bermain api ntar kebakar sendiri, maafin saja ..becanda
BalasHapus