SAHABAT KIKAN
SAHABAT KIKAN
Bocah manis berkulit agak gelap,
berlari kecil menyusuri jalan setapak menuju hutan kecil di ujung desa.
Sesekali dia melompat, dan berputar diiringi lagu yang dia nyanyikan. Rambut
panjangnya diikat dua menyerupai tanduk dengan pita berwarna merah dan putih.
Di tangannya terlihat ada boneka beruang yang sudah lusuh nyaris tak kelihatan
warna aslinya.
Gadis kecil yang beranjak remaja itu
berbelok dan memasuki hutan kecil yang sangat teduh. Pohon-pohon yang besar dan
rimbun daunnya membuat suasana terasa sejuk di dalamnya. Gadis kecil yang manis
itu membentangkan kedua tangannya. Dia menghirup udara yang segar dengan senyum
mengembang dan mata terpejam.
"Sedang apa, Dik?" tanya
seorang lelaki yang entah dari mana datangnya.
Sedikit terkejut si gadis kecil itu, dia memandang lelaki misterius yang
sudah berdiri tak jauh darinya. Dia tersenyum lebar.
"Aku sedang menunggu temanku," jawab si gadis dengan polos.
"Teman? Aku tak melihat siapa
pun di sekitar sini," tanya lelaki itu keheranan.
"Mereka belum datang, Om.
Sebentar lagi mereka sampai," si gadis meyakinkan lelaki itu.
"Ooo ... boleh aku ikut
bermain?" tanyanya pada si gadis polos.
"Boleh, boleh sekali. Tapi nanti
Om harus ikut aturan kita ya. Enggak boleh protes!" kata si gadis tegas.
"Ok!" laki-laki itu
menjawab singkat sambil mengacungkan jempolnya.
'Manis sekali kamu, Sayang.
Sepertinya hari ini aku sangat beruntung. Ada teman untukku melewati malam
ini.'
"Ayo, Om. Kita masuk ke dalam
hutan. Biasanya temanku menunggu dekat pinggir danau," Gadis kecil itu
menggandeng tangan lelaki yang dipanggilnya Om memasuki hutan kecil.
"Oh iya, nama Om siapa? Aku
Kikan, dan ini Cimot sahabatku," kata Kikan seraya menunjukkan boneka
beruang kecil lusuh pada si Om.
"Nama Om, Genta. Kikan boleh
panggil Om Genta. Rumah kamu di mana, Sayang? Apa tak ada yang mencari kamu
bila bermain sendiri di sini?" tanya Om Genta menyelidik.
"Tenang saja Om, Ayah dan Ibuku
takkan mencariku. Mereka sibuk bekerja. Jadi sebelum mereka pulang, aku sudah
ada di rumah," kata Kikan seraya tersenyum lebar.
'Benar-benar hari keberuntunganku,'
kata Genta dalam hati.
Matanya mulai menatap liar tubuh
Kikan. Gadis yang sedang beranjak remaja ini memiliki tubuh yang aduhai.
Dadanya penuh berisi walau masih terbilang kecil. Pinggangnya yang ramping
dengan pinggul yang tampak kencang, membuat Genta menelan ludahnya diam-diam.
Imajinasi liarnya sudah menguasai dirinya.
Kikan membawa Genta ke pinggir danau
di tengah hutan. Ada gubuk kecil di bawah pohon besar di seberang danau.
Suasana yang tenang nyaris tak ada suara. Hanya terdengar suara burung berkicau
dan binatang hutan lainnya. Angin semilir menyejukkan bertiup di sekitar danau.
Airnya yang jernih dan tenang bagai cermin raksasa yang memantulkan kembali lukisan
alam di sekelilingnya. Sinar matahari yang menerpa permukaan danau berkilau
bagai permata abadi.
Sesaat Genta berpikir untuk
mengurungkan niatnya. Dia tak ingin merusak suasana yang tenang ini dengan
melampiaskan hasratnya pada Kikan.
Tiba-tiba mata Genta terbelalak demi
melihat pemandangan yang terpampang di depan matanya. Hasratnya yang sudah
reda, tiba-tiba bangkit kembali.
"Ayo Om kita berenang,"
ajak Kikan sambil melepas pakaiannya satu persatu.
Hingga yang tertinggal hanya pakaian
dalamnya saja. Lagi-lagi Genta menelan ludahnya sendiri. Jakunnya naik turun,
napasnya mulai memburu. Tubuh Kikan ternyata sangat bersih, hanya tangan dan
kakinya yang agak gelap, mungkin karena sering terpapar sinar matahari. Tubuh
itu mulai merajai pikirannya. Matanya nyaris tak berkedip memandangi tubuh
Kikan yang padat berisi. Genta
meremas-remas sendiri tangannya dengan gemas.
Byurrrrr....
Kikan melompat tanpa canggung ke
danau, dia melambai-lambaikan tangannya memanggil Genta. Tanpa ragu sedikit pun,
Genta melepas pakaian dan celana jeans-nya.
Dia menyusul Kikan menceburkan diri
ke danau. Terdengar tawa Kikan. Kikan berenang ke tengah danau. Menjauh dari
Genta.
Genta mencoba menyusul Kikan tapi dia
merasakan ada yang menggigit kakinya. Sakit sekali. Tiba-tiba tubuhnya ditarik
oleh sesuatu yang tak terlihat. Tubuhnya dibawa semakin dalam ke dasar danau.
Genta berusaha memanggil Kikan. Apa daya suaranya hilang di dalam air. Sebelum
Genta benar-benar tenggelam, dia sempat melihat Kikan melambaikan tangan padanya
sambil tertawa senang. Entah apa yang dikatakan Kikan. Genta sudah tak mampu
mendengarnya.
Kikan meneruskan berenangnya tanpa sedikit
pun rasa takut. Tiba-tiba di sebelah Kikan muncul seekor buaya yang sangat
besar. Tubuhnya hampir sepuluh kali lipat besarnya dari tubuh Kikan. Buaya itu
menyentuhkan ujung hidungnya pada tubuh Kikan. Kikan pun menyambutnya dengan
gembira.
"Bagaimana makanan hari ini?
Cukup untuk seminggu kan? Ingat jangan terlalu banyak makan. Tubuhmu sudah
sangat besar. Lagi pula sekarang sudah jarang sekali ada orang yang datang ke
mari," kata Kikan sedih sambil memeluk makhluk mengerikan itu.
Hari menjelang sore ketika Kikan
bersiap untuk pulang ke rumahnya.
"Ok, Boby. Kita bertemu minggu
depan, ya. Semoga besok ada orang yang mengikutiku lagi, jadi minggu depan kamu
bisa makan enak."
weedee
shanhai
10122018
Kereeeen selaluuuu 😍, syuuusyukaaak
BalasHapusthankyu mak....dikau lebih keren makkk..
HapusKereeeeen, endingnya gemes bgt yaa.. trnyata eh ternyata, ditunggu cerita2 seru lainnya mbak 😘
BalasHapusok siyaapppp
Hapusduh deg-degan saya kirain mau di makan kikannya, heu ~
BalasHapusudah kenyang mak...kikan buat besok lagi...hihihi
HapusYa ampun, sempat berpikir yang enggak-enggak, ternyata salah 😁
BalasHapustertipu ya mak....
Hapus