CINTA MEY LING
Mey Ling memperhatikan mobil orang-orang Belanda itu. Rasanya nyaman sekali duduk di dalamnya. Tak kepanasan, tak kehujanan juga tak terkena debu jalanan. Sedang asyik mey Ling memperhatikan, tiba-tiba namanya dipanggil.
"Mey ... Mey Ling." Suara pemuda yang sudah dikenalnya.
Mey Ling tak berani menjawab apalagi membalikkan badannya. Dia hanya menunduk sambil terus berjalan.
"Mey, apa kabar? Kamu ndak jawab aku to Mey?" tanya pemuda itu gusar.
Mey Ling semakin menundukkan wajahnya. Dia tak mau pemuda itu melihat pipinya merona.
Tiba-tiba tubuhnya berdiri di depan Mey Ling. Hampir saja Mey Ling jatuh. Namun dengan sigap tangan pemuda tampan itu menangkap tubuh Mey Ling. Mereka berpelukan hingga menjadi tontonan orang yang lalu lalang. Pertigaan Pakualaman sangat ramai karena banyak andong yang mangkal di sana.
Mey cepat-cepat menepis tangan si pemuda.
Mey Ling menatap pemuda asli jawa dengan wajahnya yang manis itu. Kemudian dia menunduk, tak mau lelaki tampan dihadapannya tahu gundah hatinya.
"Mey, bisa kita bicara sebentar?" pintanya pada Mey Ling.
"Maaf Kak, Mey ditunggu Papa. Nanti kalau Mey pulang terlambat Papa kawatir." Mey berusaha menghindar dengan halus.
"Sebentar saja, Mey. Aku hanya mau pamit," katanya sedikit memaksa.
"Pamit? Kak Bagus mau kemana?" Mey mendongakkan kepalanya. Dia tampak gagah dengan seragamnya. Mey Ling terpana melihatnya. Dia sudah berhasil mencuri hati Mey Ling sejak pertama bertemu. Membuat hari-hari gadis kuning langsat itu penuh bintang.
"Aku akan bergabung dengan kawan-kawanku yang lain ...." kalimatnya terputus.
Tanpa sepatah katapun, Mey Ling berjalan menjauh dari Bagus. Tak dihiraukannya panggilan Bagus. Air mata tak lagi bisa dibendung Mey Ling. Dia mempercepat langkahnya, secepat derasnya air mata yang mengalir di pipi.
19 desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militernya yang ke dua. Dalam waktu sekejap Kota Yogyakarta sebagai ibukota negara yang baru saja merdeka, jatuh ke tangan Belanda. Mey Ling terlihat gelisah. Dia ingin keluar rumah mencari tahu apa yang terjadi dengan Kak Bagus dan pasukannya. Karena berita yang beredar pasukan Tentara Rakyat dipukul mundur dengan telak oleh Belanda.
"Kong xi, kong xi, selamat Tuan Albert. Akhirnya Belanda bisa menguasai Indonesia lagi," kata Papa Mey Ling tertawa puas.
"Terima kasih Tuan A Ling. Tanpa bantuan Anda dan teman-teman, kami tak bisa dengan mudah menguasai Yogya. Pribumi dan ekstrimis sudah bersatu. Kami beruntung masih ada yang memihak kami di Yogya." Tuan Albert menepuk-nepuk pundak Tuan A Ling dengan bangga.
Mereka pun tertawa senang menyambut kemenangan Belanda.
Mey Ling sama sekali tidak menyangka, papanya tega berkhianat. Menjual negeri yang sudah memberinya penghidupan. Mey Ling menangis sendirian.
Di desa Sobo, Pacitan tempat tentara rakyat bergerilya.
"Gus, kenapa kamu? Ngelamun lagi? Pasti lagi membayangkan gadis cina itu, kan?" goda Tarjo sahabatnya.
"Jaga bicara kamu, Jo. Aku gak suka kamu bilang dia Cina," kata Bagus agak meradang.
"Lo, kenyataannya dia orang Cina Gus. Gak usah marah." Tarjo semakin menggodanya.
Bagus meninggalkan Tarjo yang masih tertawa senang melihatnya merajuk.
Bagus terdiam, dia mengambil sebuah potret hitam putih berukuran kecil dari saku bajunya. Wajahnya yang cantik dengan hidung kecil yang mancung, bibir tipis dan mata sipit khas kaumnya. Rambut lurus hitam yang selalu diekor kuda, membuatnya sangat istimewa di mata Bagus. Pertemuan mereka yang tak sengaja di markas pemuda beberapa waktu lalu, membuatnya tak mampu memejamkan mata hampir tiap malam.
Dari fisiknya siapapun tahu, gadis itu bukan pribumi. Kedatangannya bersama papanya ke Markas Pemuda hanya mengantarkan perbekalan yang dipesan oleh para pejuang. Papanya terlihat dekat dengan pemuda pejuang. Dia sering memberi harga yang relatif murah untuk barang yang dibeli mereka.
1 Maret 1949. Tentara Rakyat dan rakyat Yogya bersatu menyerang balik Belanda. Serangan fajar yang dilancarkan pejuang berhasil membuat tentara Belanda kocar kacir. Walau hanya enam jam menguasai kota Yogya tapi efeknya membuat mata dunia terbuka. Mereka tahu bahwa Negara Indonesia masih ada.
"Pengkhianat!" Tarjo dengan geram menyeret Tuan A Ling.
"Pengkhianat pantas mati," katanya sambil menodongkan pistolnya ke kepala Tuan A Ling.
"Jo, jangan. Ingat perintah Sultan. Tak ada yang boleh menyakiti mereka. Apapun alasannya!" Bagus berusaha meredam kemarahan Tarjo.
"Ampun ... ampun ...." Tuan A Ling memohon.
Bagus Mengantarkan Tuan A Ling pulang. Karena kawatir kemarahan rakyat Yogya atas pengkhianatan yang dilakukan etnis mereka belum mereda.
"Terima kasih, Kak Bagus sudah menyelamatkan Papaku. Maafkan juga atas kesalahan kami. Kalau saja ...." Mey Ling tak mampu meneruskan kalimatnya.
Air matanya mengalir deras. Bagus memandang iba gadis yang membuatnya jatuh cinta itu. Bagus tahu pengkhianatan papanya tak ada hubungan dengan Mey Ling.
Sultan Hamengkubowono IX memerintahkan untuk tetap melindung etnis Cina. Namun Sultan juga memutuskan menghapus Hak mereka atas kepemilikan tanah di wilayah Yogyakarta.
Pengkhianatan memang harus dibayar mahal.
Weedee
shanhai
14122018
Duh sedih amat sih ceritanya heu. Saya bacanya sampe ikutan merinding. Keep writing mba!
BalasHapussiaappppp...
HapusHihi. Semoga tulisannya selalu menginspirasi!
Hapusaamiinnnn...
HapusIni based on true story? Jadi ingat cerita aaudara kalau etnis Cina tidak punya hak.kepemilikan tanah. Karwna penghianatan kah?
BalasHapussejarah mba...etnis cina memang tdk boleh memiliki tanah di yogya, karena pengkhianatan pada saat agresi militer belanda II THN 1948
HapusInspiratif, kayak based on true story giti. Bagus, Mbak. Tinggal main di diksi aja.
BalasHapusiya mba..thankyu...
HapusTerus Mey Ling dan Bagus gimana? Berlanjutkah hubungan mereka?
BalasHapusSuka dengan cerita berlatar sejarah seperti ini..Kereeen!
Ditunggu cerita cantik lainnya
saya juga gak tahu mba, kan saya belum lahir...hihihi
Hapusnanti saya tanya mbah uyut...
Nice story mba. Tinggal dimainkan lagi teknik showingnya pasti makin mantab. Aku malah belom pernah coba ambil angle sejarah kek gini.
BalasHapusaku lemah di showing, gimana caranya ya biar lebih hidup showingnya...ajarin mba...
HapusSuka dengan latar sejarahnya. Unik juga, nih. Biasanya virus merah muda itu melanda pejuang dan noni Belanda, tapi ini pejuang dg gadis Cina.
BalasHapusTrus saya jadi penasaran dg hak kepemilikan tanah bagi etnis Cina di Jogja. Sampai sekarang berlakukah?
sampai sekarang etnis cina gak boleh punya tanah di yogya. itu udah keputusan sultan... makanya sekarang banyak provokator untuk melengserkan sultan dari jabatan gubernur. tapi alhamdulillah belum ada yang sukses...
HapusWaaa..saya fans berat novel sejarah. Pak Langit LKH favorit saya. Mbak Widi rupanya juga pandai bercerita dengan setting sejarah di Jogja. Sukaaaa
BalasHapussetting sejarah itu risetnya lebih lama dari nulisnya...hihihi
Hapusini aja sempet mumetssss nulisnya.
Mbak, ini cerpennya Berdasarkan kisah nyata, Kah? Jadi Karena ini yaa maka sultan yogya menghapus hak orang cina atas tanah di yogya. Org cina tidak boleh punya tanah Di yogya.
BalasHapusBased on the historycal of yogya tepatnya. Sampai sekarang peraturan itu masih berlaku.
HapusIni kisah ?yata kah mbak? Karena memang seperti itulah oeraturan di jogja
BalasHapusromancenya cuma fiksi mba, kalau sejarahnya nyata..
HapusWah terbawa suasana zaman Belanda dulu jadinya berasa banget
BalasHapuskayak time travel gitu ya mba...
Hapuskeren mbak, bagus nih cerita sejarah juga. Kalau bikin fiksi history gini harus paham alur sejarah ya mbak,
BalasHapusriset yang lama mba, mesti mengkombinasikan antara sejarah dan fiksi...sesuatu banget rasanya. takut salah soalnya...
HapusKeren ceritanya Mbak, jadi pengen coba buat juga cerita dengan latar sejarah.
BalasHapusayo mba buat...tunggu ceritanya...
HapusNggantung nih kisah Mey Ling dan Bagus...hehe, bersambung ya?
BalasHapusnggak mba...pengen lanjut sih...tapi gak ada waktu buat riset lebih detil...
HapusWah...cerita yang berlatar belakang sejarah, salut deh buat ceritanya mbak
BalasHapusmakasih mba....
HapusSubhanAllah... Jadi tau sedikit sejarah jogja. Makasih mbak
BalasHapusalhamdulillah
Hapus