KASIH TERLARANG
![]() |
<a href="https://pixabay.com/id/photos/pernikahan-pengantin-gaun-wanita-2693605/">Image</a> by <a href="https://pixabay.com/id/users/Greenstock-5970024/">Greenstock</a> on Pixabay caption |
KASIH TERLARANG
Senja, selalu
mengingatkan aku padamu.
Hangatnya
sinar mentari, serasa bagai pelukan seorang yang aku rindukan.
Warnamu yang
mempesona, seindah raganya yang telah mengikat jiwaku.
Senja masih
menunggumu di sini.
Menunggu terbitnya
fajar esok hari...
***
Senja masih
berdiri mematung. Bergeming dari tempatnya berdiri. Seperti hari-hari
sebelumnya, menatap laut yang disinari mentari kala senja memang tak pernah
membosankan. Selalu ada saja bias warna baru tercipta.
Gelap mulai
merambat. Menguasai seluruh alam. Karena sang malam telah bersiap menjalankan
tugasnya. Menemani seluruh alam dalam istirahatnya. Senja belum beranjak dari
tempatnya. Seperti biasa, tugas Bayu untuk mengingatkan pada Senja agar segera
pulang.
"Senja,
kita pulang yuk. Udah gelap nih. Anginnya sudah mulai dingin, nanti kamu masuk
angin. Kamu lupa tak bawa jaket lagi," kata Bayu pada adik kesayangannya.
"Sebentar
lagi, Kak. Dia pasti datang. Tadi dia telepon aku, memintaku menunggunya di
sini," jawab Senja tanpa mengalihkan pandangannya dari pantai.
"Tapi
Fajar tadi telepon Kakak, dia bilang akan terlambat pulang. Mungkin dia akan
langsung ke rumah. Fajar tak mau kamu kedinginan menunggunya di sini,"
kata Bayu. Untuk kesekian kalinya dia harus berbohong lagi.
'Tuhan,
sampai kapan aku harus jadi pembohong. Aku tak mau terus-terusan seperti ini.'
kata Bayu dalam hati.
Tapi tak ada
cara lain untuk membuat Senja meninggalkan pantai setiap malam menjelang. Sejak
peristiwa itu, kesadaran Senja seperti tercabut. Hilang bersama Fajar,
kekasihnya.
***
Desember
1998,
Rumah Senja
sangat ramai hari itu. Ada yang membuat dekor, menyiapkan sound system. Para
ibu di belakang tak kalah sibuknya, menyiapkan menu untuk menjamu tamu yang
datang dari negeri seberang.
Hari ini,
Keluarga Senja akan kedatangan keluarga baru dari Malaysia. Keluarga mempelai
pria yang akan meminang putri mereka. Mereka bukan keluarga sembarangan. Sebuah
keluarga yang bergelar Datuk. Gelar Datuk adalah gelar kehormatan yang
diberikan bukan pada sembarang orang di Malaysia.
Senja juga
tak menyangka, perjalanannya ke Malaysia beberapa waktu lalu mempertemukannya
dengan Fajar. Putra seorang petinggi Malaysia. Pertemuan yang tak sengaja di
ajang kompetisi science di Kuala Lumpur berlanjut menjadi hubungan yang serius.
Senja tak
pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelumnya. Dia tak mau terlibat
hubungan pacaran seperti kebanyakan remaja jaman sekarang. Fajar yang sudah
mapan melihat kepribadian Senja yang mampu menawan hatinya.
"Adik,
abang boleh bicara sikit ka Adik?" tanya Fajar pada suatu hari melalui
gawainya.
"Abang
mau bicara apa?" tanya Senja dengan sedikit berdebar.
"Abang
ingin sekali menyempurnakan agama abang, Kira-kira, Adik boleh tak bantu
Abang?" tanya Fajar lagi
"Maksud
Abang apa?" tanya Senja tak mengerti.
"Adik,
Adik tahu tak, Agama kita belum sempurna kalau kita belum menikah. Abang mau
Adik Senja yang menyempurnakan agama Abang, boleh tak?" kata Fajar dengan
sungguh-sungguh.
"Abang
juga tak mungkin nak pergi ke syurgha sorang, je. Sayap Abang cuma satu, Abang
mau Adik Senja yang lengkapi sayap Abang. Biar nanti kita bisa terbang ke
syurga berdua."
Semakin
melayang rasanya Senja mendengar kata-kata Fajar.
"Abang
juga tak temukan ada gadis yang lebih baik dari Adik Senja untuk jadi Ibu dari
anak-anak abang kelak."
Rayuan Fajar
membuat Senja tak sanggup berkata tidak.
"Adik,
jawablah... Jangan nak diam saja. Abang dah tak sabar, Nih," terdengar
suara Fajar yang mendesak Senja agar cepat memberi jawaban.
"Abang,
Senja tak bisa jawab sendiri. Silakan Abang datang menemui bapak dan ibu Senja.
Mereka yang lebih berhak menjawab," jawab Senja setelah lama terdiam.
"Tapi
Adik cintakan abang, kan?" tanya Fajar penasaran.
Senja hanya
mengangguk malu. Tapi Fajar tak bisa melihat anggukannya.
"Adik,
Adik Senja cintakan Abang, kan?" tanya Fajar semakin penasaran.
"Abang,
Senja malu lah," kata Senja dengan pipi memerah
"Tak
payah nak malu, Abang tak malu akui Abang cintakan Adik Senja. Kenapa Adik
malu?" tanya Fajar sedikit kecewa.
"Iya
Abang sayang, Senja cinta Abang," kata Senja sambil menutup gawainya.
'Yes!!' Fajar
sangat bahagia mendengar pengakuan Senja.
***
Pertemuan
keluarga akan diadakan bulan Desember di rumah Senja. Pertemuan yang akan
membahas pernikahan Senja dan Fajar. Hari-hari menunggu terasa lambat berjalan.
Senja mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Belajar tentang budaya melayu yang
masih sangat dipegang teguh oleh keluarga Fajar. Sebenarnya Fajar adalah
keturunan Indonesia. Ibu kandung Fajar adalah orang Indonesia. Tapi karena tak
ada restu dari kedua orang tua ayah Fajar, pernikahan mereka akhirnya kandas.
Fajar diasuh oleh ayahnya dan tinggal di Malaysia. Sedang ibunya sejak kembali
ke Indonesia tak pernah lagi terdengar kabarnya. Itulah mengapa namanya berbeda
dengan kebanyakan orang Malaysia. Fajar adalah nama pemberian ibunya karena dia lahir pada saat Fajar.
Nama Senja
yang diberikan oleh ibunyapun hampir sama alasannya, karena dia terlahir pada
saat senja. Senja masih ingat ketika dia dan Fajar bercerita tentang asal usul
namanya, mereka tertawa terbahak-bahak. Tak menyangka ibu mereka mempunyai
selera yang sama. Menamai anak dengan waktu kelahirannya.
"Harusnya
nama Adik bukan Senja," kata Fajar kala itu.
"Terus
nama apa yang cocok dengan kelahiran aku selain Senja?" tanya Senja.
"Yang
lebih pas, harusnya Maghrib, Senja ka sini Time Maghrib, betul tak?" kata
Fajar menggoda Senja.
"Enak
aja namaku diganti Maghrib. Abang juga, harusnya bukan Fajar. Terlalu bagus nama
Fajar buat Abang," kata Senja tak mau kalah.
"Lantas,
menurut Adik yang cantik nih, nama Abang bagusnya apa?" Fajar menanggapi
gurauan Senja.
"Yang
cocok buat Abang tuh, Subuh. Fajar di sini juga waktunya Subuh," kata
Senja membalas Fajar.
Mereka tertawa
bahagia. Gurauan, olok-olok dan candaan yang romantis mewarnai hari-hari kedua
insan yang sedang dimabuk cinta. Jarak yang terbentang tak lagi jadi halangan.
Komunikasi yang intens lewat telepon ataupun media sosial, menghilangkan jarak
diantara mereka.
Tibalah hari
itu. Hari yang ditunggu kedua belah pihak. Rombongan dari Negeri seberangpun
telah nampak. Sebentar lagi mereka memasuki halaman rumah Senja. Senja masih
menunggu di dalam kamarnya. Suara musik menyambut tamu yang datang memacu detak
jantung Senja semakin kencang.
Tibalah saat
pertemuan kedua keluarga besar. Perbincangan seputar rencana pernikahan Fajar
dan Senja berlancar lancar. Sampai saatnya menyuguhkan makan siang. Tiba-tiba
Bulik Surti, berpapasan dengan ayah Fajar. Keduanya saling tatap dan
tiba-tiba...
"Abang
Ramli... Awak Abang Ramli, ke?" tanya Bulik Surti agak ragu.
"Adik
Surti, ke awak ni?" Ayah Fajar balik bertanya.
Keduanyapun
berpelukan. Suasana menjadi tak menentu. Fajar dan ibunya terdiam. Begitu pula
Bapak dan ibu Senja. Mereka yang hadir saling pandang tak mengerti.
"Apa
yang abang buat ka sini?" tanya Bulik Surti setelah mereka melepas
pelukannya.
"Abang
antar Fajar nak pinang kekasih dia. Ternyata dia tak beza dengan ayahnya, jatuh
cinta pada gadis Indon," Ayah Fajar menjelaskan kedatangannya.
"Fajar
anakku?" tanya Bulik Surti, yang membuat semua orang terkejut
mendengarnya.
"Mana
Fajar, Bang? Aku rindu sangat padanya. Boleh aku bertemu dengannya, Bang,"
tanya Bulik Surti penuh harap.
"Tentu
saja. Dia anakmu, tentu kau boleh tengok dia. Dia di depan bersama calon istri
dia," kata ayah Fajar.
Bulik Surti
bergegas pergi ke ruang depan. Dia melihat Fajar dan Senja sedang berbincang
dengan beberapa kerabatnya.
"Fajar,
ada yang ingin jumpa dengan kau, Nak," panggil ayah Fajar.
"Ya, Ayah. Siapa nak jumpa dengan Saya,
Ayah?" tanya Fajar.
"Fajar,
ini Ibumu. Ibu kandungmu, Nak," Ayah Fajar tak lagi bisa menahan air
matanya.
"I--Ibu?"
seperti mimpi rasanya.
Ternyata Allah dengar doanya. Dia ingin dipertemukan
dengan ibunya sebelum menikah. Fajar memeluk Bulik Surti. Tangisnya pecah
dipelukan perempuan yang selama 20 tahun lebih dirindukannya.
"Maafkan
Ibu,Nak. Bukan Ibu tak sayangkan Kau, tapi keadaan yang memaksa kita untuk
berpisah," Bulik Surti menangis.
"Satu
lagi yang harus kalian tahu," kata Bulik Surti setelah keadaan agak
tenang.
"Apa
itu?" tanya Ayah Fajar.
"Ketika
aku pulang ke Indonesia, aku sedang hamil. Tapi aku tak sempat mengatakan pada
Abang," kata Bulik Surti pada Ayah Fajar.
"Dimana
anak itu sekarang? Boy or girl anakku itu?" tanya Ayah Fajar pada Bulik
Surti.
"Dia
perempuan. Aku beri nama Senja," kata Bulik Surti membuat semua orang di ruangan itu seketika
menatap Senja.
"Tak
mungkin, Senja bukan anak Bulik Surti. Bulik Surti jangan mengada-ada. Senja bukan
anak Bulik Surti kan, Pak, Bu?" tanya Senja pada bapak dan ibunya.
Keduanya tak menjawab, hanya tangisan yang terdengar dari mereka.Tak hanya
Senja, Fajar pun seperti hilang keseimbangan tubuhnya. Dia hampir jatuh. Serasa
tak ada lagi tempat berpijak. Tak mungkin dia mencintai adik kandungnya
sendiri. Tak mungkin!
Tapi
kenyataan berkata lain. Fajar dan Senja adalah saudara kandung. Perpisahan
orang tua mereka menyebabkan keduanya tak pernah saling mengenal. Sedang Ayah
Fajar tak pernah tahu, bila saat mereka berpisah istrinya sedang mengandung
anak kedua mereka. Hingga diapun tak pernah menyangka kalau Senja adalah anak
kandungnya.
Senja selama
ini tidak tahu, Bulik Surti adalah Ibu kandungnya. Sejak kecil dia diasuh oleh Bapak Suwarno dan Ibu Sunarti. Hanya
yang mereka yang Senja tahu sebagai orang tua kandungnya. Senja hanya kenal
Bulik Surti sebagai adik dari Ibunya. Dulu semasa kecil, Senja sering diajak
Ibunya untuk menjenguk Bulik Surti di rumah sakit jiwa. Kata Ibu, Bulik Surti
depresi setelah bercerai dengan suaminya yang warga negara Malaysia. Pada saat
kelahiran anak perempuannya, Bulik Surti berusaha membunuh bayi yang baru saja
dilahirkannya. Untuk mencegah hal yang lebih buruk terjadi, Bulik Surti dibawa
ke rumah sakit jiwa. Beberapa tahun lamanya Bulik Surti dirawat di sana. Sampai dua tahun
yang lalu Bulik Surti dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang.
***
Kuala Lumpur,
Desember 2001
Sebuah rumah
mewah di komplek perumahan elit, terlihat ramai oleh kedatangan petugas polisi.
Tersiar kabar, putra tunggal Datuk Ramli mengakhiri hidupnya dengan cara
menembak kepalanya sendiri. Berita itu cepat menyebar seantero Malaysia. Kisah
cintanya yang kandas disinyalir sebagi pemicu tindakan yang nekat itu.
***
Yogyakarta,
Januari 2002
Suatu senja
di pantai Parangtritis, seorang gadis berdiri mematung menatap lautan lepas.
Setiap senja tiba, sang gadis selalu berdiri ditempat yang sama. Dengan kebaya
cantik dan buket bunga yang sudah mengering di tangannya.
Setiap senja
tiba, tugas Bayu yang akan menjemput Senja untuk pulang. Menuntunnya menyusuri
jalan menuju rumah sambil berbincang tentang pesta yang akan di adakan besok.
Acara organ tunggal yang akan mengundang artis campur sari terkenal di
Yogyakarta. Juga menu kesukaan Fajar yang wajib ada. Bayu hanya mengiyakan
semua celoteh Senja. Kadang Bayu menitikkan air mata mengingat semua kejadian
yang membuat Senja terguncang jiwanya. Masa depan gadis secerdas Senja hancur
berantakan. Senja mahasiswa berprestasi dari sebuah universitas negeri terbesar
di Yogyakarta, kini hanya tinggal raga tanpa jiwa. Tak ada lagi yang tersisa.
Dipegang tangan Senja, menuntunnya pulang.
Semoga Tuhan
masih berkenan mengembalikan Senja seperti dulu. Pinta Bayu dalam doanya setiap
hari. Apapun rencana manusia, Fajar dan Senja tak mungkin bersatu.
weedee,shanhai
11102018
Bagus banget ceritanya mbak Weedee, ditunggu cerita-cerita selanjutnya ya
BalasHapusmakasih mbak...
Hapus